Ketimpangan Relasi Petani Inti-Plasma dan Perusahaan Sawit di Sulawesi Tengah
Harga minyak sawit terus meroket di tengah pandemi!
Apakah negara diuntungkan? 35% dari produksi sawit nasional ini ternyata berasal dari perkebunan sawit rakyat loh. Artinya petani sawit skala kecil juga mendapat keuntungan?
Tapi penelitian PRAKARSA menyebutkan bahwa masih banyak permasalahan terjadi di sektor sawit. Aliran keuangan gelap sebesar 40,47 miliar USD berasal dari sektor sawit. Permasalahan lingkungan dan sosial juga terus terjadi berulang.
Studi terbaru Responsibank Indonesia tentang relasi petani dan perusahaan sawit di Sulawesi Tengah menemukan petani sawit skala kecil terjebak dalam tata kelola kaptif atau tawanan yang diterapkan perusahaan. Tentu saja ini berimplikasi pada rendahnya pendapatan petani. Studi ini menemukan ada petani yang pendapatannya hanya Rp 50 ribu rupiah per bulan!
Di balik praktik perusahaan yang nakal semacam ini, ada peran lembaga keuangan yang memberikan kredit dan investasi. Studi ini menemukan bank yang terlibat pada pembiayaan sawit di Sulawesi Tengah cukup banyak terutama berasal dari Jepang. Bahkan bank plat merah, yaitu Bank Mandiri dan salah satu bank swasta, yaitu Bank Panin juga terlibat.
Nah, seperti apakah pola tata kelola tawanan yang menjerat petani sawit di Sulawesi Tengah? Rekomendasi kebijakan seperti apa yang diperlukan untuk membenahi permasalahan ini, baik dari sisi perusahaan, pemerintah maupun lembaga keuangan pemberi modal dan investasi?