Kesadaran Lingkungan Hidup Bank di Indonesia Paling Buruk
Perhatian perbankan dalam negeri dalam menanggapi isu lingkungan hidup merupakan yang terburuk selama ini. Hal ini terlihat dari 7 negara yang ikut menjalankan inisiatif Fair Finance Guide International. Indra Haryono
Jakarta–Koalisi Responsibank Indonesia, kumpulan berbagai organisasi masyarakat sipil Indonesia, memberikan penilaian terhadap 11 perbankan besar di Indonesia yang dirasa masih kurang peduli terhadap isu lingkungan. Ke-11 bank tadi terdiri dari 8 bank nasional dan 3 bank asing.
Dari penilaian tersebut, bank-bank asing mendapatkan penilaian lebih baik dari perbankan nasional. Dari skala 1-10, perbankan asing mampu mencapai skor 4 sedangkan perbankan nasional hanya mampu mendapatkan nilai 2.
Perwakilan Koalisi Responsibank Indonesia, Victoria Fanggiade mengatakan, Meskipun beberapa bank hanya beroperasi di Indonesia, itu tidak berarti kita harus mentolerir satndar yang lebih rendah bagi bank dalam pembiayaan proyek dan perusahaan yag berisiko tinggi terhadap terjadinya pelanggaran hak asasi manusia, menyebabkan konflik sosial, maupun degradasi lingkungan.
Manajer Kampanye WALHI, Kurniawan Sabar juga menegaskan, Bank merupakan penopang penting ekspansi industri ekstratif di Indonesia. “Degradasi lingkungan, deforestisasi, dan hilangkanya hak rakyat atas wilayah kelola akibat praktik industri ekstraktif mesti dilihat sebagai bagian yang terpisahkan dari investasi modal bank. Tidak hanya di awal investasi, bank mesti lebih tegas mengambil kebijakan dan memastikan tanggung jawab atas praktik buruk korporasi yang disokongnya,” tambahnya.
Peranan bank yang sangat dominan saat ini, menyebabkan sebagian besar pendanaan perekonomian Indonesia didominasi dari perbankan, begitu pula untuk pembiayaan industri yang bergerak di sektor sumber daya alam seperti kehutanan, perkebunan, pertambangan, pembangkit listrik dan sebagainya.
Meski secara penilaian bank-bank yang menyalurkan kredit tadi tidak peduli terhadap dampak lingkungan, perbankan nasional masih bisa bersaing lebih baik lagi untuk bisa memperbaiki peringkatnya pada tahun berikutnya.
“Dengan memperbaiki kebijakannya, bank dapat mengejar ketinggalan dan menujukkan diri di hadap komunitas global bahwa dunia perbankan Indonesia dapat melakukan bisnis dengan baik dan bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan hidup,” pungkas Huzna Zahir, anggota Koalisi Responsibank Indonesia. (*)