Banjir Bandang di Pegunungan Kendeng Utara Meluas Hingga ke Kudus
Gundulnya Pegunungan Kendeng Utara membuat warga Desa Wonosoco, Kecamatan Undaan, Kudus, merasa cemas saat memasuki musim hujan. Bahkan, warga tidak tidur saat hujan turun malam hari. Mereka merasa khawatir akan bencana banjir bandang yang setiap saat bisa menghantam permukiman mereka.
“Kalau hujan malam hari ya tidak tidur. Kita tunggu hingga hujan reda, baru tidur,” terang Setiyo Budi (42), Kepala Desa Wonosoco, saat ditemui beberapa waktu yang lalu.
Ia juga membeberkan, bahwa banjir bandang di Desa Wonosoco sudah rutinan terjadi setiap tahun. Meski rutin terjadi, kapasitas banjirnya berbeda-beda. Menurutnya, tahun ini lebih parah jika dibanding tahun 2020.
Kepala Desa Wonosoco, Setiyo Budi. Dok. Beta News
Banjir bandang yang sering terjadi di sana membawa material seperti lumpur dan bebatuan. Biasanya mereka langsung melakukan pembersihan khususnya area rumah warga dan akses jalan yang tertutup. Dalam melakukan pembersihan, mereka membutuhkan waktu setidaknya sepekan. Bahkan, jika mengakibatkan kerusakan yang cukup parah, membutuhkan waktu hingga satu bulan untuk benar-benar memulihkannya.
Kalau di tahun 2010 baru muncul, berarti ada yang tidak beres. Menurut kami ini jelas ada faktor alam, faktor hutan yang sudah tidak berfungsi Setiyo Budi
Pria yang akrab disapa Budi itu melanjutkan, secara pendataan di desa, banjir bandang di Wonosoco sejak tahun 2010. Di tahun sebelumnya belum pernah ada banjir bandang di sana. Menurutnya, hal itu terjadi akibat hutan yang berfungsi sebagai resapan sudah mulai gundul.
Untuk banjir bandang yang tergolong parah, menurutnya terjadi tiga kali. Pada tahun 2010, saat pembangunan desa wisata. Kemudian tahun 2017 hingga ada rumah yang roboh. Lalu di tahun 2018 hingga ada satu korban jiwa.
Untuk antisipasi yang bisa ia lakukan saat ini, begitu ada curah hujan, pihaknya segera memberikan imbauan kepada warga. Hal itu sudah menjadi kebiasaan di sana, ketika ada aktivitas di sungai, warga akan segera kembali kerumah masing-masing.
“Was-was iya, cuma sudah terbiasa. Tapi kalau yang namanya bencana itu kan tidak bisa kita prediksi. Yang paling kita kawatirkan kalau datangnya tengah malam. Di bulan November 2021 ini saja sudah terjadi dua kali banjir bandang. Yang pertama pada Rabu (3/11/2021) ada 49 rumah dan satu tempat wisata yang terdampak. Dan kedua pada Senin (29/11/2021), ada 62 rumah dan satu tempat wisata,” jelasnya.
Di desa seluas 500 hektar dengan jumlah 1200 jiwa itu sudah sering melakukan penghijauan. Namun, pihaknya terkendala karena Gunung Kendeng yang gundul merupakan wilayah Kabupaten Pati dan Grobgan. Karena sering terjadi bencana, warga Desa Wonosoco sudah menyadari akan pentingnya tumbuhan, sehingga sudah berupaya menjaga tumbuhan dan hutan di sana.
Pihaknya sudah menanam pohon di hutan seluas seratus hektar. Tanah tersebut diluar tanah desa maupun warga. Pihak desa juga sudah komunikasi dengan pemerintah daerah untuk mengupayakan adanya check dump penahan arus.
“Meski sudah kami tata, dari talut sungai, pelebaran sungai, peningian jembatan dan sebagainya untuk di dalam kampung. Kalau di atas tidak kita kendalikan dengan check dump itu kan sama juga, karena air yang datang itu membawa material lumpur dan batu,” keluhnya.
Ia menjelaskan, check dump merupakan pondasi melintang sungai yang posisinya di atas dan dibutuhkan beberapa titik. Sedangkan untuk lokasi tersebut merupakan area milik perhutani.
“Fungsinya untuk menahan arus datang ke cek dump pertama, dia tampung agar materialnya tidak turun. Limpas lagi ke cek dump kedua, materialnya gak ikut turun seperti itu. Jadi tertahan-tertahan seperti itu,” jelasnya.
Menurut Budi, banjir bandang juga menyebabkan banyak area lahan pertanian yang tergenang. Hal itu dikarenakan daerah pertanian lebih rendah dari daerah permukiman warga.
“Area persawahan yang rawan terendam sekitar 250 hektar, itu hampir setengah area pertanian kami. Di antara 4 kelompok tani, Penggung, Blalak, Modang, Waduk, itu kita semua kena imbas,” katanya.
Sementara Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kudus, Budi Waluyo mengatakan, bahwa pihaknya sudah berupaya untuk melakukan reboisasi di Pegunungan Kendeng. Dirinya juga mengeluhkan, karena sebagian besar wilayah Gunung Kendeng yang gundul itu bukan di wilayah Kudus.
“Kami sudah berusaha melakukan koordinasi dengan wilayah Pati maupun Purwodadi agar banjir bandang ini tidak terjadi setiap tahun. Kalau di wilayah Kudus itu sudah hijau, tapi kalau yang lain gundul kan tetap saja air melimpas ke Wonosoco,” tambahnya.
Tim Liputan: Ahmad Rosyidi, Dafi Yusuf, Rabu Sipan
Sumber: Betanews.id