Pilih bank Kamu dan lihat skornya

Kebijakan

Keterangan Warna

Profil Perusahaan

PT. Bank Negara Indonesia (persero), Tbk atau Bank BNI merupakan bank pertama milik negara yang berdiri sejak 1946 dan melakukan listing di bursa pada tahun 1996. Bank BNI memiliki 6 kantor cabang luar negeri (KCLN) di Singapura, Hong Kong, Tokyo, New York, London, dan Seoul. BNI fokus pada Pengembangan cabang di luar negeri untuk mendukung bisnis Indonesia agar go global. Pada tahun 2021, BNI sedang dalam proses pendirian Representative Office di Amsterdam, Belanda dan Los Angeles, Amerika Serikat. Adapun pelayanan dalam negeri, BNI memiliki jaringan kantor yang menjangkau 448 kota/kabupaten atau 87% kota/kabupaten di Indonesia.

Total aset Bank BNI pada tahun 2021 mencapai Rp964,84 triliun atau naik sebesar 14,9% dibandingkan tahun 2020. Pertumbuhan aset terutama dipengaruhi oleh pinjaman yang diberikan mengalami peningkatan sebesar 5,3% dari Rp553,1 triliun di tahun 2020 menjadi Rp582,4 triliun di tahun 2021. Segmen korporasi berkontribusi besar terhadap pendapatan bunga dan pendapatan syariah-neto Bank, sedangkan segmen tresuri dan institusi keuangan berkontribusi besar terhadap total aset Bank.

Hasil penilaian pada bank assessment menunjukkan bahwa bank BNI memperoleh skor tertinggi pada inklusi keuangan sebesar 7,7 dan perlindungan konsumen dengan skor 6,1. Peningkatan skor terbesar juga terjadi pada perlindungan konsumen. Peningkatan ini didorong oleh komitmen BNI untuk mengurangi keluhan konsumen dan adanya kebijakan perlindungan informasi keuangan dan pribadi konsumen. Dalam mendukung hal itu, Bank BNI memliki program pelatihan kepada karyawan dan agen resmi. Pada elemen inklusi keuangan, BNI telah memiliki kebijakan, jasa, dan produk yang mendukung kelompok marjinal serta kelompok miskin berupa cabang di daerah terpencil, kredit UMKM, dan tidak membebani biaya buka tabungan baru. Elemen lain yang memiliki skor dibawah perlindungan konsumen, yaitu kebijakan anti korupsi dan ketenagakerjaan.

Pencapaian skor Bank BNI pada elemen lain seperi kesetaraan gender, pajak, dan transparansi dan akuntabilitas justru mengalami penurunan. Penurunan skor terbesar terjadi pada elemen transparansi dan akuntabilitas karena adanya indicator baru, yaitu mengungkapkan kebijakan pemungutan suara dalam bentuk pedoman pada keputusan pemegang saham terkait dengan masalah lingkungan, sosial, dan tata Kelola. Selain itu, BNI masih memiliki banyak peluang perbaikan pada berbagai elemen, terutama yang menyangkut pada aspek pembiayaan berkelanjutan, hak asasi manusia (HAM), dan kesetaraan gender.

Bank BNI tidak mendapat skor pada elemen perubahan iklim, lingkungan, dan tema sektoral seperti pertambangan, minyak dan gas, dan pembangkit listrik. Secara umum, elemen ini memiliki keterkaitan dalam upaya mencegah perubahan iklim maupun penurunan emisi karbon. Dalam hal ini, kebijakan bank BNI dan rencana strategis yang terukur terkait iklim masih belum diungkapkan secara jelas. Kemudian pada elemen HAM, bank BNI belum mengungkapkan kebijakan HAM yang mengacu pada standar internasional. Hal serupa juga terjadi pada elemen kesetaraan gender. Namun, pada elemen kesetaraan gender, terdapat indikator penting terkait proporsi gender pada tingkat direktur masih sangat timpang. Hal ini dapat menjadi ruang perbaikan bagi BNI untuk merancang sistem pelatihan yang responsive gender agar tercipta peningkatan elemen kesetaraan gender.